Opoae ~ Entah bagaimana caranya buku gambar wanita telanjang dapat beredar di sekolah SD. Apakah para guru tidak membaca buku gambar wanita telanjang ini terlebih dahulu buku, LKS, serta perangkat pengajaran lainnya. Mudah-mudahan belum dibaca para murid ya! Apakah pengawasan terhadap pendidikan Indonesia sedemikian rendah, atau bagaimana? Entahlah kita hanya bisa mengurut dada mendengar dan terus melihat pemberitaan yang seperti ini. Sebegitu parahkan tingkat cuek ninasi bangsa ini terhadap generasi penerusya? Kepala Seksi Evaluasi Program Tingkat Sekolah Dasar, Dinas Pendidikan, Kolaka, Asira, menilai buku pelajaran Sekolah Dasar yang menghebohkan warga Kolaka karena menampilkan gambar perempuan telanjang belum akan ditarik dari peredaran.
Menurut Asira, ada tahapan proses yang harus dilakukan terlebih dahulu, sebelum sebuah buku dinyatakan layak untuk dipelajari oleh siswa. "Saya juga baru menerima laporan itu, makanya hingga saat ini kami belum punya rencana untuk menarik buku itu. Tapi kalau imbauan ke pihak sekolah sudah ada, para kepala sekolah kita imbau untuk tidak lagi menaruh buku itu di perpustakaan. Masih banyak proses yang harus kita lakukan untuk menarik buku itu, apakah layak atau tidak untuk jadi sebuah buku pelajaran," ungkapnya.
Dia menegaskan, dalam penarikan buku itu, mekanisme yang harus dilakukan adalah meminta pendapat dari tim konsorsium karena buku itu keluar berdasarkan spesifikasi dari pusat. "Kalau sudah ada pembahasan yang khusus antara tim Diknas Kolaka dengan tokoh pendidikan, agama dan masyarakat serta pendapat dari konsorsium barulah kita bisa tentukan sikap buku yang ada gambar telanjang itu perlu ditarik atau tidak," tambahnya.
Dalam pertemuan tersebut, nantinya Dinas Pendidikan Kolaka akan melibatkan kontraktor pengadaan buku tersebut yaitu CV. Putra Padmarang. Namun pihak Dinas Pendidikan mengakui tidak tahu apakah buku yang telah beredar dalam setahun terakhir itu memenuhi kriteria pendidikan atau tidak. "Ilmu sains, itu tujuan buku itu, karena mencakup masalah seni rupa, tapi kami tidak tahu apakah standar kelayakannya atau tidak karena sejak diedarkan tahun 2011 silam kami tidak memeriksanya," tegas Asira.
Sementara itu, Rosdiana, orang tua murid Sekolah Dasar 4 Lamokato Kolaka menilai, ada kecerobohan dari pihak sekolah dalam perkara ini. Ia berharap temuan ini segera diantisipasi sebelum anak-anak terkontaminasi gambar vulgar.
"Saya kaget begitu orang memperbincangkan kalau di sekolah anak saya ada buku pelajaran yang ada gambar pornonya. Anak ku langsung saya tanya, dia malah jawab memang ada tapi tidak pernah lihat. Katanya dengar dari cerita temannya. Kalau memang seperti itu saya akan kembali memperjelas sama pihak sekolah apakah moral anak kami masih bisa dijamin aman dengan adanya seperti itu," cetusnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, buku untuk siswa SD yang memuat sebuah gambar porno beredar di Kolaka. Hal itu dikatakan Kepala Sekolah SD 1 Sabilambo, Kolaka, Sulwan Sovian. Menurut Sulwan Sovian, buku tersebut memperlihatkan gambar seorang perempuan telanjang.
"Jadi, awalnya yang melihat sendiri itu anak-anak di SD 4 Lamokato, dan kita diberitahu. Ternyata di perpustakaan sekolah saya juga memang seperti itu. Anak-anak yang melihat gambar itu terlihat risih," ujar Sulwan.
"Ini kan buku tentang mewarnai rambut dan yang jadi obyek itu sosok perempuan, tapi perempuannya itu telanjang sehingga semua bagian yang tidak semestinya dilihat oleh anak-anak malah diperlihatkan," ungkapnya.
Sulwan mengaku tidak mengetahui secara persis bahwa dana pengadaan buku itu berasal dari anggaran dana alokasi khusus (DAK) 2011. "Dalam buku itu tepatnya di jilid lima halaman 411. Jadi, semua sekolah yang dapat dana DAK 2011 pasti punya buku sains dan teknologi ini. Kami takutkan moral anak-anak SD bisa rusak karena lihat gambar yang tidak diperbolehkan," tambahnya.
Ditemui di lokasi berbeda, Kepala Sekolah SD Negeri 4 Lamokato, Haerudin, menjelaskan, anak-anak didiknya tepergok melihat buku itu ketika mereka berada di perpustakaan. "Mereka ketawa-ketawa waktu lihat gambar tersebut. Setelah guru mereka datang ternyata anak-anak ini sedang melihat gambar porno," jelasnya. Menurut para kepala sekolah, buku tersebut sudah beredar lebih dari 1.000 eksemplar di semua sekolah dasar di Kolaka. Karena itu, mereka akan melayangkan surat ke Dinas Pendidikan untuk menarik buku tersebut. Kompas.Com
Menurut Asira, ada tahapan proses yang harus dilakukan terlebih dahulu, sebelum sebuah buku dinyatakan layak untuk dipelajari oleh siswa. "Saya juga baru menerima laporan itu, makanya hingga saat ini kami belum punya rencana untuk menarik buku itu. Tapi kalau imbauan ke pihak sekolah sudah ada, para kepala sekolah kita imbau untuk tidak lagi menaruh buku itu di perpustakaan. Masih banyak proses yang harus kita lakukan untuk menarik buku itu, apakah layak atau tidak untuk jadi sebuah buku pelajaran," ungkapnya.
Dia menegaskan, dalam penarikan buku itu, mekanisme yang harus dilakukan adalah meminta pendapat dari tim konsorsium karena buku itu keluar berdasarkan spesifikasi dari pusat. "Kalau sudah ada pembahasan yang khusus antara tim Diknas Kolaka dengan tokoh pendidikan, agama dan masyarakat serta pendapat dari konsorsium barulah kita bisa tentukan sikap buku yang ada gambar telanjang itu perlu ditarik atau tidak," tambahnya.
Dalam pertemuan tersebut, nantinya Dinas Pendidikan Kolaka akan melibatkan kontraktor pengadaan buku tersebut yaitu CV. Putra Padmarang. Namun pihak Dinas Pendidikan mengakui tidak tahu apakah buku yang telah beredar dalam setahun terakhir itu memenuhi kriteria pendidikan atau tidak. "Ilmu sains, itu tujuan buku itu, karena mencakup masalah seni rupa, tapi kami tidak tahu apakah standar kelayakannya atau tidak karena sejak diedarkan tahun 2011 silam kami tidak memeriksanya," tegas Asira.
Sementara itu, Rosdiana, orang tua murid Sekolah Dasar 4 Lamokato Kolaka menilai, ada kecerobohan dari pihak sekolah dalam perkara ini. Ia berharap temuan ini segera diantisipasi sebelum anak-anak terkontaminasi gambar vulgar.
"Saya kaget begitu orang memperbincangkan kalau di sekolah anak saya ada buku pelajaran yang ada gambar pornonya. Anak ku langsung saya tanya, dia malah jawab memang ada tapi tidak pernah lihat. Katanya dengar dari cerita temannya. Kalau memang seperti itu saya akan kembali memperjelas sama pihak sekolah apakah moral anak kami masih bisa dijamin aman dengan adanya seperti itu," cetusnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, buku untuk siswa SD yang memuat sebuah gambar porno beredar di Kolaka. Hal itu dikatakan Kepala Sekolah SD 1 Sabilambo, Kolaka, Sulwan Sovian. Menurut Sulwan Sovian, buku tersebut memperlihatkan gambar seorang perempuan telanjang.
"Jadi, awalnya yang melihat sendiri itu anak-anak di SD 4 Lamokato, dan kita diberitahu. Ternyata di perpustakaan sekolah saya juga memang seperti itu. Anak-anak yang melihat gambar itu terlihat risih," ujar Sulwan.
"Ini kan buku tentang mewarnai rambut dan yang jadi obyek itu sosok perempuan, tapi perempuannya itu telanjang sehingga semua bagian yang tidak semestinya dilihat oleh anak-anak malah diperlihatkan," ungkapnya.
Sulwan mengaku tidak mengetahui secara persis bahwa dana pengadaan buku itu berasal dari anggaran dana alokasi khusus (DAK) 2011. "Dalam buku itu tepatnya di jilid lima halaman 411. Jadi, semua sekolah yang dapat dana DAK 2011 pasti punya buku sains dan teknologi ini. Kami takutkan moral anak-anak SD bisa rusak karena lihat gambar yang tidak diperbolehkan," tambahnya.
Ditemui di lokasi berbeda, Kepala Sekolah SD Negeri 4 Lamokato, Haerudin, menjelaskan, anak-anak didiknya tepergok melihat buku itu ketika mereka berada di perpustakaan. "Mereka ketawa-ketawa waktu lihat gambar tersebut. Setelah guru mereka datang ternyata anak-anak ini sedang melihat gambar porno," jelasnya. Menurut para kepala sekolah, buku tersebut sudah beredar lebih dari 1.000 eksemplar di semua sekolah dasar di Kolaka. Karena itu, mereka akan melayangkan surat ke Dinas Pendidikan untuk menarik buku tersebut. Kompas.Com
Baca Juga:
- 5 Ilmuwan Yang Masuk Islam Saat Melakukan Peneliti...
- Alasan Kulit Mengerut Jika Lama Di Dalam Air
- Senyawa Misterius Yang Yang Merusak Ozon
0 comments:
Post a Comment