Opoae ~ Penyebab autisme hingga kini belum bisa dipastikan. Namun sebuah survei mengungkapkan ibu yang flu saat hamil, dua kali lebih mungkin memiliki anak autisme.
Demikian hasil survei baru dari sebuah studi Denmark seperti dikutip ABCNews, Selasa (13/11).
Penelitian memang tidak menunjukkan bahwa demam tinggi atau flu menjadi penyebab autisme. Tapi banyak ahli yang mengatakan korelasi ini bisa memperkuat rekomendasi agar semua wanita hamil divaksinasi flu.
Studi ini dilakukan para peneliti di Denmark dan .S. Centers for Disease Control and Prevention. Mereka melihat hampir 97.000 anak-anak usia 8 sampai 14 tahun yang lahir di Denmark antara 1997 dan 2003. Hasilnya, hanya 1 persen yang didiagnosa dengan gangguan spektrum autisme.
Para peneliti mewawancarai ibu selama kehamilan dan setelah melahirkan mengenai infeksi dan demam tinggi yang mereka alami saat hamil, serta apakah mereka telah menggunakan antibiotik.
Wawancara dengan ibu hamil itu meliputi lebih dari 200 pertanyaan untuk mencari informasi tentang berbagai jenis infeksi selama kehamilan.
Meskipun penelitian ini tidak dirancang tentang kasus flu, ibu yang melaporkan mengalami flu selama kehamilan mereka, dua kali lebih mungkin memiliki anak dengan autisme. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Pediatrics.
Mereka yang demam berlangsung selama seminggu atau lebih, sebelum trimester ketiga cenderung tiga kali lebih mungkin untuk memiliki anak dengan spektrum autisme.
Meski vaksinasi flu dapat mencegah banyak kasus influenza, temuan ini tidak menunjukkan bahwa mendapat vaksinasi flu akan mencegah perkembangan autisme.
Studi ini juga menemukan sejumlah ibu yang minum satu jenis antibiotik yang disebut macrolides, lebih dikenal dengan nama-nama seperti azitromisin atau eritromisin, hanya sedikit peningkatan risiko.
Studi pada hewan telah menunjukkan bahwa otak bayi terpengaruhi ketika respon kekebalan tubuh wanita dipicu selama kehamilan, seperti memerangi infeksi.
Temuan awal menunjukkan sistem kekebalan tubuh ibu mungkin memainkan peran dalam perkembangan bayi, meskipun tidak hampir sama kuatnya dengan asosiasi yang ditemukan dalam studi hewan.
"Ini adalah sebuah artikel menarik, karena meningkatnya bukti dasar ilmiah kasus autisme yang mungkin berhubungan dengan faktor-faktor imunologi, yang mempengaruhi perkembangan otak janin pada anak-anak yang rentan," kata Dr Susan Hyman, ketua dari American Academy of Pediatrics pada subkomite autisme. Hyman tidak terlibat dalam penelitian ini.
Para peneliti tidak menemukan hubungan antara infeksi dalam saluran, kandung kemih, dan genital kemih, dan autisme.
Sementara itu, menurut Dr Shlomo Shinnar, profesor neurologi, pediatri dan epidemiologi dan kesehatan penduduk di Albert Einstein College of Medicine di New York, korelasi yang ditemukan tidak cukup menunjukkan faktor pada kondisi apapun selama kehamilan yang berkontribusi terhadap perkembangan anak autisme.
"Ini bisa sangat merusak ketika bagian keluarga, baik yang dekat atau jauh, menyalahkan penyakit ringan yang ibu derita berpengaruh dengan kondisi anak," kata Shinnar.
Menurut peneliti, selama studi banyak penyesuaian yang dibuat dan peneliti bergantung pada respon dari wanita, daripada catatan medis. Alhasil, penelitian ini tidak bisa memberikan hubungan yang definitif antara flu atau demam tinggi dengan autisme.
"Setiap episode demam mungkin keliru untuk influenza, dan tidak semua perempuan yang terinfeksi dengan virus influenza mungkin telah menyadari hal ini," tulis para peneliti.
"Hubungan antara antibiotik dan autisme adalah penemuan baru yang memerlukan konfirmasi".
Menurut Hyman, tidak semua demam tinggi memerlukan antibiotik. Dokter yang merawat ibu hamil juga harus bisa memberikan antibiotik dengan bijakasana jika mencurigai terkena penyakit dari bakteri.
"Antibiotik tidak diperlukan untuk demam pada umumnya dan virus yang tidak rumit," ujarnya.
Meskipun selama kehamilan banyak obat yang dibatasi, ibu hamil dengan demam tinggi atau flu harus berkonsultasi dengan dokter mereka tentang pengobatan yang tepat.
"Wanita hamil yang terkena penyakit virus ringan bisa dengan perawatan konvensional, "kata Hyman."
"Dosis tinggi dari beberapa suplemen dan produk tidak diatur mungkin memiliki efek lain pada janin. "
Dr Colleen Boyle, Direktur National Center on Birth Defects and Developmental Disabilities mengatakan, secara umum, wanita dapat membangun kekebalan mereka dengan hanya mendapatkan vaksinasi flu. Suntikan tidak hanya melindungi ibu terhadap strain tertentu dari flu, tetapi juga melindungi bayi sampai enam bulan setelah lahir.
"Ini adalah musim vaksin flu sehingga ibu hamil harus mendapatkan vaksin flu segera," kata Boyle.(MEL)
Demikian hasil survei baru dari sebuah studi Denmark seperti dikutip ABCNews, Selasa (13/11).
Penelitian memang tidak menunjukkan bahwa demam tinggi atau flu menjadi penyebab autisme. Tapi banyak ahli yang mengatakan korelasi ini bisa memperkuat rekomendasi agar semua wanita hamil divaksinasi flu.
Studi ini dilakukan para peneliti di Denmark dan .S. Centers for Disease Control and Prevention. Mereka melihat hampir 97.000 anak-anak usia 8 sampai 14 tahun yang lahir di Denmark antara 1997 dan 2003. Hasilnya, hanya 1 persen yang didiagnosa dengan gangguan spektrum autisme.
Para peneliti mewawancarai ibu selama kehamilan dan setelah melahirkan mengenai infeksi dan demam tinggi yang mereka alami saat hamil, serta apakah mereka telah menggunakan antibiotik.
Wawancara dengan ibu hamil itu meliputi lebih dari 200 pertanyaan untuk mencari informasi tentang berbagai jenis infeksi selama kehamilan.
Meskipun penelitian ini tidak dirancang tentang kasus flu, ibu yang melaporkan mengalami flu selama kehamilan mereka, dua kali lebih mungkin memiliki anak dengan autisme. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Pediatrics.
Mereka yang demam berlangsung selama seminggu atau lebih, sebelum trimester ketiga cenderung tiga kali lebih mungkin untuk memiliki anak dengan spektrum autisme.
Meski vaksinasi flu dapat mencegah banyak kasus influenza, temuan ini tidak menunjukkan bahwa mendapat vaksinasi flu akan mencegah perkembangan autisme.
Studi ini juga menemukan sejumlah ibu yang minum satu jenis antibiotik yang disebut macrolides, lebih dikenal dengan nama-nama seperti azitromisin atau eritromisin, hanya sedikit peningkatan risiko.
Studi pada hewan telah menunjukkan bahwa otak bayi terpengaruhi ketika respon kekebalan tubuh wanita dipicu selama kehamilan, seperti memerangi infeksi.
Temuan awal menunjukkan sistem kekebalan tubuh ibu mungkin memainkan peran dalam perkembangan bayi, meskipun tidak hampir sama kuatnya dengan asosiasi yang ditemukan dalam studi hewan.
"Ini adalah sebuah artikel menarik, karena meningkatnya bukti dasar ilmiah kasus autisme yang mungkin berhubungan dengan faktor-faktor imunologi, yang mempengaruhi perkembangan otak janin pada anak-anak yang rentan," kata Dr Susan Hyman, ketua dari American Academy of Pediatrics pada subkomite autisme. Hyman tidak terlibat dalam penelitian ini.
Para peneliti tidak menemukan hubungan antara infeksi dalam saluran, kandung kemih, dan genital kemih, dan autisme.
Sementara itu, menurut Dr Shlomo Shinnar, profesor neurologi, pediatri dan epidemiologi dan kesehatan penduduk di Albert Einstein College of Medicine di New York, korelasi yang ditemukan tidak cukup menunjukkan faktor pada kondisi apapun selama kehamilan yang berkontribusi terhadap perkembangan anak autisme.
"Ini bisa sangat merusak ketika bagian keluarga, baik yang dekat atau jauh, menyalahkan penyakit ringan yang ibu derita berpengaruh dengan kondisi anak," kata Shinnar.
Menurut peneliti, selama studi banyak penyesuaian yang dibuat dan peneliti bergantung pada respon dari wanita, daripada catatan medis. Alhasil, penelitian ini tidak bisa memberikan hubungan yang definitif antara flu atau demam tinggi dengan autisme.
"Setiap episode demam mungkin keliru untuk influenza, dan tidak semua perempuan yang terinfeksi dengan virus influenza mungkin telah menyadari hal ini," tulis para peneliti.
"Hubungan antara antibiotik dan autisme adalah penemuan baru yang memerlukan konfirmasi".
Menurut Hyman, tidak semua demam tinggi memerlukan antibiotik. Dokter yang merawat ibu hamil juga harus bisa memberikan antibiotik dengan bijakasana jika mencurigai terkena penyakit dari bakteri.
"Antibiotik tidak diperlukan untuk demam pada umumnya dan virus yang tidak rumit," ujarnya.
Meskipun selama kehamilan banyak obat yang dibatasi, ibu hamil dengan demam tinggi atau flu harus berkonsultasi dengan dokter mereka tentang pengobatan yang tepat.
"Wanita hamil yang terkena penyakit virus ringan bisa dengan perawatan konvensional, "kata Hyman."
"Dosis tinggi dari beberapa suplemen dan produk tidak diatur mungkin memiliki efek lain pada janin. "
Dr Colleen Boyle, Direktur National Center on Birth Defects and Developmental Disabilities mengatakan, secara umum, wanita dapat membangun kekebalan mereka dengan hanya mendapatkan vaksinasi flu. Suntikan tidak hanya melindungi ibu terhadap strain tertentu dari flu, tetapi juga melindungi bayi sampai enam bulan setelah lahir.
"Ini adalah musim vaksin flu sehingga ibu hamil harus mendapatkan vaksin flu segera," kata Boyle.(MEL)
Sumber:http://health.liputan6.com/read/453140/ibu-hamil-flu-bisa-lahirkan-anak-autisme
0 comments:
Post a Comment