Opoae ~ Sering kali sesuatu yang gak pantas untuk dipikir, malah dipikirkan, sesuatu yang gak diinginkan terjadi malah dibayangkan, sesuatu yang gak boleh dimakan, malah dimakan dan yang gak penting ditulis malah ditulis, terus malah ada pula yang membacanya, kayak blogku ini.
Kemarin malam kesuntukan menyerang otakku dari segenap penjuru arah mata angin, memporak-porandakan perasaanku dan membuat tempat tidurku seolah-olah penuh duri sehingga jadi nggak betah untuk berlama-lama di kamar. Nungguin handpone seperti nungguin kambing bertelur. Gak juga berdering.
Akhirnya kuputuskan untuk keluar menikmati udara malam sekalian mo nyari buku untuk dibaca-baca. Udah lama gak beli dan baca buku. Kadang-kadang memang aku lebih suka membeli buku ketimbang membacanya, rasanya sayang menghabiskan isi buku itu seolah-olah nanti gak berguna lagi kalau sudah selesai membacanya. Sungguh pemikiran yang kacau.
Ternyata di Deli Mas (Mall mini di Kota Lubuk Pakam) tepatnya di lantai 1 ada penjualan buku, pas kali lah. Kulihat beragam komik, majalah dewasa dan remaja, novel-novel serta buku-buku motivasi. Baca komik kayaknya udah gak masanya lagi untuk orang seumuranku. Baca majalah dewasa pasti bikin ribet nyari tempat persembunyian buat bacanya. Novel-novel merayuku dengan label best sellernya, buku motivasi juga, kucari yang berkaitan dengan motivasi segera menikah, tapi gak nemu-nemu.
“Ini harganya berapa?” kutunjukkan buku Asma Nadia ke penjual. Dia mengambilnya dari tanganku dan membolak-baliknya, memang gak ada label harganya.
“Kalo yang ini duapuluhlimaribu aja bang,”
Hah… Semurah ini, apa nggak salah! Pasti ini buku bajakan, biasanya harga buku toko ini 40-50ribuan, kulihat kertas bukunya sedikit gelap seperti kertas koran Waspada, gambar covernya sedikit kabur dan penjualnya sedikit malu-malu.
Aku beralih ke rak yang lain, kutemukan buku Ippho Sentosa. Ini buku yang pernah dibeli kawan sekamarku. Harganya ternyata separuh dari harga buku toko. Semakin kuatlah keyakinanku bahwa ini buku bajakan dan akupun semakin tertarik untuk membelinya. Maafkan aku ya Mbak Asma Nadia dan Mas Ippho.
Nampaknya slogan KB harus aku pakai, “Dua Buku Lebih Baik”. Setelah menerima kembalian limaribu, aku melanjutkan petualangan. Naik turun eskalator.
Sempat juga kepikiran sama
penjual
buku bajakan tadi. Membajak karya cipta orang lain sudah tentu dilarang di negeri ini. Apalagi diedarkan dan mendapatkan keuntungan dari pembajakan tersebut, mungkin kalau dibajak untuk diri sendiri masih dimaklumi seperti yang dilakukan kaum terpelajar di bangku kuliah, minjem buku perpustakaan lalu dicopy biar gak mikirin denda kalo kelamaan mulangin bukunya.
Larangan pembajakan karya cipta seperti buku ini memang wajar, karena penulis bukan hanya ingin sekedar menuangkan ide, tapi mereka juga ingin royalti untuk mengisi perut mereka. Berbeda dengan Ulama masa lalu yang menuangkan pemikirannya bukan untuk tujuan komersil, melainkan niat semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah dengan meyakini bahwa ilmu yang dibagi tidak akan berkurang, malah semakin melekat dan menjadi amal jariyah ketika mereka telah berpulang ke alam baka.
Kupandangi dua buku dalam plastik yang kutenteng. Semoga saja pengarang buku ini ikhlas bukunya dibajak dengan niat amal jariyah…
(nyalahin dompet yang isinya tak seberapa)
0 comments:
Post a Comment